Daebak! Beri Aku Cerita yang Tak Biasa Terbang ke AS


dok: IIDN

Rasanya geregetan saat jam sudah menunjuk angka 19.01, tetapi aku belum juga masuk ke room zoom padahal sepuluh menit sebelumnya sudah persiapan duduk manis di depan laptop. Ternyata si 'biru' sedang ngambek.

Syukurlah, sepuluh menit kemudian aku sudah bisa mengikuti webinar "Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa" yang digelar oleh komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Meskipun, sedikit terlambat karena Bu ketua sudah memaparkan materi.

Webinar ini menarik minatku untuk mendaftar dengan cepat. Sejak pertama bergabung dengan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) pada 2020 lalu, baru kali ini tidak mengikuti event antologinya. Muncul rasa menyesal, lo. Asli. Bagaimana tidak menyesal? Aku jadi ketinggalan event antologi yang membuat decak kagum siapa saja yang melihat. Ini dia alasannya.

Sebuku dengan Novelis dan Produser Film

Dua puluh delapan penulis yang tergabung dalam tim Elang Biru berkesempatan satu buku dengan novelis sekaligus produser film Indonesia. Seorang perempuan asal Kabupaten Ngawi yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia menulis. Sudah banyak novel best seller yang diadaptasi menjadi film. Beliau juga seorang writepreneur. Dialah Kirana Kejora. Penulis novel Seruni Niskala, mentor antologi budaya Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) tahun 2022.

Pada webinar yang digelar 7 Oktober 2022 lalu, Buk'e, begitu penulis Elang Biru menyapa Kirana Kejora memberi pesan agar semua tidak takut untuk memulai berkarya.

Menurut Kirana, penulis itu orang yang sensitif, peka, cerdas, dan hebat. Penggagas Elang Nuswantara itu menyebut penulis sebagai ilmuwan. Mereka adalah peneliti dan penemu. Mengapa begitu? Penulis akan melakukan penelitian guna mendapat data yang akurat. Meskipun, dalam ranah fiksi karena cerita akan bermakna dan tidak cacat logika.

Ada beberapa kriteria menulis cerita fiksi yang bisa melekat di hati masyarakat, antara lain:
1. Posible. Cerita harus masuk akal, tidak cacat logika. Di sinilah peran penulis sebagai seorang peneliti. Mereka melakukan riset dan menggali data dengan detail,
2. Suspense. Penulis bisa menyajikan karya yang menggetarkan pembaca. Ada hikmah di dalamnya.
3. Surprise. Kejutan dalam tulisan akan membuat karya melekat di benak pembaca karena karakter kuat.

Kirana Kejora sangat senang berkolaborasi dengan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Penulis novel Yorick ini melihat peserta antologi menulis dengan hati. Mereka mencurahkan segala rasa dalam karya sehingga menjadi sebuah adikarya yang luar biasa.

Di akhir materi, produser film itu memberi pesan agar penulis menghasilkan karya dengan unsur budaya Indonesia. "Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan budaya Nuswantara?" ujarnya.

"Saya akan kasih endorse dan berani tidak dibayar, asal karya penulis ada unsur budayanya. Kalau tidak, enggak mau, saya," imbuhnya.

dok: Pribadi

Elang Nuswantara Terbang ke AS

Antologi budaya yang diprakarsai Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) telah terbang sangat tinggi melampuai langit Indonesia. Pencapaian yang bikin aku menangis di pojokan karena tidak ikut ambil bagian dalam event komunitas khusus perempuan itu.

Tiga buku prosa karya penulis Indonesia, yaitu Beri Aku Cerita yang Tak Biasa oleh tim Elang Biru Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), Mistikus Kasih tim Elang Merah, dan Pesan yang Belum Sampai oleh tim Elang Putih mendarat cantik di U.S. Library of Congress Representatives Office di Washington DC, Amerika Serikat. Daebak. Gimana enggak bangga, coba. Nyesel, kan ketinggalan?

Selain itu, Harian Disway kembali meliput antologi budaya pada 21 September 2022 lalu. Ketua Umum Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), Widyanti Yuliandari mengatakan bangga dengan para penulis. Ada beberapa yang dasarnya adalah penulis nonfiksi, mempunyai keinginan belajar fiksi.

"Iya, itu sulit," ujarnya tersenyum.

Blogger yang tinggal di Solo ini memberikan tips menulis fiksi untuk pemula. Antara lain;
1. Banyak membaca karya fiksi dari berbagai penulis yang baik,
2. Lepaskan ekspektasi,
3. Gunakan setting yang mudah dibayangkan,
4. Gunakan bantuan video, foto, rekaman suara dan sebagainya,
5. Jangan lupa meminta bantuan kepada Sang Maha.

Mengapa menulis cerpen budaya filmis Nuswantara? Mbak Wid, begitu biasa dia disapa menjelaskan, ada tiga alasan tema ini diambil, yaitu panggilan, menarik, dan membawa pesan. Beri Aku Cerita yang Tak Biasa adalah cara untuk mensyukuri, menjaga, serta turut merayakan warisan budaya luhur Nuswantara.

Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) memang selalu membuat event yang tak biasa. Menulis bukan sekadar menulis, tetapi memenuhi panggilan jiwa, dan memberi manfaat yang besar bagi pembaca.

"Nantikan event selanjutnya, ya. Nanti masih bersama Mbak Kirana Kejora," imbuhnya.

dok: Pribadi

Launching di Perpusnas

Alasan lain yang membuat antolologi budaya yang ditulis oleh 28 penulis dari seluruh Indonesia ini terasa istimewa adalah launching di perpustakaan nasional pada 21 Agustus 2021.

Setelah dua tahun masa pandemi pertemuan dibatasi, launching antologi Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) terasa istimewa dengan bertatap muka. Ada banyak kegiatan selama launching dari tim yang terlihat sangat seru. Energinya sampai pada pembaca yang tidak hadir karena disiarkan secara langsung di instagram Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN).

Selain itu, ada tampilan monolog dari para penulis yang sangat menyentuh. Bahkan, aku yang mengikuti webinar merasakan suasana merinding saat webinar diperlihatkan video monolog dari para penulis. Kisah-kisah roman budaya yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, tentu akan membawa pembaca diajak jalan-jalan. Aku masih menunggu paket datang.

Kesan Penulis

Rahmi C Mangi atau biasa disapa Rahmi Azis, salah satu penulis Beri Aku Cerita yang Tak Biasa mengaku sangat tertarik bergabung dalam antologi budaya ini. Perempuan yang berprofesi sebagai dokter itu menulis roman tentang budaya Bugis.

Rahmi mengatakan tidak mudah menulis fiksi karena dia terbiasa menulis nonfiksi. Namun, rasa cinta dan melihat semangat teman-teman lainnya yang memberi gairah untuk menyelesaikan tulisan yang berkisah tentang Mappakisawara Ati. Sebuah kisah tentang bertemunya pengantin. Sebagai sebuah cara melihat kejujuran dan menerima kekurangan pasangan.

"Ini agak susah ya, karena narasumber sudah sepuh-sepuh. Tapi harus belajar lagi. Agar warisan budaya ini tidak tenggelam," ujarnya.

Rahmi yang baru pertama terlibat dalam penulisan antologi ini merasa bahagia sepanggung dengan semua penulis. Dia akan menceritakan kepada anak dan cucu. Selamanya akan menjadi warisan dan kenangan berharga. Rahmi mendapat predikat sebagai penulis terbaik dengan penjualan terbanyak, yaitu menyentuh angka 117 eksemplar.

dok: Pribadi

Webinar "Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa"  yang dipandu Novarty berjalan seru. Ada bertabur hadiah dan predikat bagi anggota Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Antara lain, anggota terkreatif, penulis terbaik, pemenang challenge Instagram, dan hadiah lainnya.

Usai mengikuti webinar, sebagai pemula, aku menjadi termotivasi untuk menulis kisah yang mengangkat tentang budaya Indonesia. Pernah ada penulis yang mengatakan, karya penulis Indonesia kurang greget di pasar luar negeri karena nilai lokal yang belum banyak digali. Waah, pas bukan? Webinar budaya membuka jalan untuk banyak belajar dan menggali kekayaan alam serta budaya yang dimiliki bangsa kita. Are you ready?

dok: Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog dengan Hati

DIALOG NURA DAN RANI